watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PEMBANTU SINTAL

Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di
rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga
ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena
keluarga Tuan Hartono cukup baik
memperlakukannya bahkan memberikan lebih
dari apa yang diharapkan oleh seorang
pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama
akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya
terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu
memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin,
iapun dapat menabung kelebihannya untuk
jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Hartono
yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya
tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak
memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.
Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong
wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua,
sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti
perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya
sehingga nampak masih sintal dan
menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat
tergila-gila melihat kedua payudaranya yang
montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun
terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak
tergolong cantik namun memiliki daya tarik
tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat
pertama kali mereka bercinta di belakang dapur
suatu ketika.
Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi
Eha – janda yang sudah lama ditinggal suami –
masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata
selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah
bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam
penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang
Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh
Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri
selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha
merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi
kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam
terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh
gairahnya yang meletup-letup, ia nekat
menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas
ranjangnya di kamar belakang.
Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah
tak menentu. Bergulingan di atas ranjang.
Tubuhnya menggigil saking tak tahannya
menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-
gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan
kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya
karena istrinya ada di rumah. Perasaannya
semakin gundah kala membayangkan saat itu
Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia
bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal
menghadapi gempuran Tuan Hartono yang
memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan batang
kontol Tuan Hartono yang besar dan panjang itu
serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha
nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri.
Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang
untuk menggantikannya namun ia tak berani
selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan
hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya.
Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di
ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa
tidur.
Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan
lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh
kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan
Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju
tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan
kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi.
Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil
membusungkan dadanya.
“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh
enaknya..”
Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan
membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya
menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya.
Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan
dan remasan di kedua payudaranya, sampai-
sampai ia terbangun dari mimpinya.
Perlahan ia membuka kedua matanya sambil
merasakan mimpinya masih terasa meski sudah
terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru
sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia
menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang
tengah menggumuli bukit kembarnya dengan
penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang
sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak
kegirangan sekaligus heran atas keberanian
majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa
tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang
merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya
datang?
Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh
yang menindihnya dan hendak mengingatkan
Tuan Hartono akan situasi yang tidak
memungkinkan ini. Namun belum sempat
ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan
Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi
ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra
tunggal majikannya yang masih berumur 15
tahunan!?
“Den Andre?!” pekiknya sambil menahan
suaranya.
“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi
kebingungan melihat wajah Andre yang merah
padam.
Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan
kelakuan nakalnya.
“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya
dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi
Eha.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi
karena tak pernah menyangka anak majikannya
berani berbuat seperti itu padanya.
“Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi
bikinin minuman..” katanya menjelaskan.
“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-
geliat. . ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya
kemudian.
“Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau
ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Eha.
“Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab
Andre ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya Bi Eha penasaran
“Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya
kemudian.
Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek
mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu
perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya
panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya
kemudian dengan lembut.
“Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh..
anu..”
“Anu apa?” desak Bi Eha makin penasaran.
“Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya
sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang
sudah terbuka lebar.
Andre melenguh panjang menyaksikan bukit
kembar montok yang menggantung tegak di
dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks
merapikan bajunya untuk menutupi dadanya
yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau
kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh
beda dengan Bapaknya.
“Boleh khan Bi?” kata Andre kemudian.
“Boleh apa?” sentak Bi Eha mulai sewot.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre
tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi
Eha.
“Den Andre jangan kurang ajar begitu sama
perempuan.., ” katanya seraya mundur menjauhi
anak itu. “Nggak boleh!”
“Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin
lho..” kata Andre mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .”
kata Bi Eha panik.
“Kalau gitu boleh dong Andre?”
Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya
mengancam, makinya dalam hati. Tapi
bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain.
Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras
bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai
agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu
tersenyum kepada Andre seraya meraih
tangannya.
“Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian
sambil menaruh tangan Andre ke atas buah
dadanya.
“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai
gembira.
Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha
dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana
Den.. enak nggak?” Tanya Bi Eha sambil melirik
wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi
ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Eha.
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang
lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang
demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi
dari pada tidak sama sekali?
Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi
penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya
bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya
masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat
ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk
bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja
lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia
terkam sejak tadi dan menggumuli batang
kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang
sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih
anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah
akan membuatnya ketakutan.
Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah
dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja
dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan
jelas keindahan buah dadanya yang paling
dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin
putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang
nampak meringis seperti menahan sesuatu.
“Sakit Bi?” tanyanya.
“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya
begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”
Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia
menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal,
montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam
hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium
buah dada itu dan mengemot putingnya seperti
ketika ia masih bayi.
Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus
senang karena meski sedotan itu tidak semahir
lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang
hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah
mulai berani mengelus-elus pahanya dan
merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi
Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia
sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan
Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal
pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai.
Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu
menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh
daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak
pernah memakai pakaian dalam kalau sedang
tidur. “Tidak bebas”, katanya.
Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh
daerah yang terasa begitu hangat dan lembab.
Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak
ditahan oleh Bi Eha.
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya..
terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”
Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang
begitu merangsang. Sambil terus mengemot
puting susunya, jemarinya mulai berani
mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa
hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya
menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi
Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya.
Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat
jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus
semakin dalam.
“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh
Den Andre pinter!” desah Bi Eha mulai meracau
ucapannya saking hebatnya rangsangan ke
sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu.
Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh
Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya
kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan
langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.
“Mmmpphh..”, desah Bi Eha begitu merasakan
batang kontol anak itu sudah keras seperti baja.
Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre
mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini.
Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar
untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha
mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh
keenakan.
“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh! ” pekik Andre
perlahan.
Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini
semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan
keluguannya membuat Bi Eha semakin
terangsang dan tak tahan menghadapi emotan
bibirnya di puting susunya dan gerakan
jemarinya di dalam liang mem*knya. Rasanya ia
tak kuat menahan desakan hebat dari dalam
dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha
merasakan semburan hangat dari dalam dirinya
berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak
seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak
kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari
tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah
pengalaman baru dengan anak di bawah umur,
telah membuatnya cepat orgasme.
Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah
Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya.
Guncangan tubuhnya membuat Andre
menghentikan gerakannya. Ia terpesona
melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha
kesakitan.
“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya
demikian polos.
“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati
perbuatan Den Andre,” demikian kata Bi Eha
seraya menciumi wajah tampan anak itu.
Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati
sementara kedua tangannya menggerayang ke
sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang
melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang
dengan meremas-remas kedua payudara
pengasuhnya ini, lalu mempermainkan
putingnya.
“Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter..
uugghh!” erang Bi Eha kenikmatan.
Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin
memberikan yang terbaik buat majikan mudanya
ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan
pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka
tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan
nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia
mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus
di ranjang dan mulai menciuminya dari atas
hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di
sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang
sudah tegak bagai besi tiang pancang dan
megulumnya dengan penuh nafsu.
Tubuh Andre berguncang keras merasakan
nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi
saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya,
kemudian melata-lata ke sekujur batang
kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah
perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan
saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi
menahan desakan yang akan menyembur dari
ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya
merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya.
Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan
langsung memencet pangkal batang kemaluan
Andre sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh Bi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena
barusan ia merasakan air maninya akan muncrat
tapi tiba-tiba tidak jadi.
“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah
enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki
mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang
kontol Andre persis ke arah liang mem*knya.
Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil
memegang kontol Andre yang sudah mulai
masuk.
“Uugghh.. enak nggak Den?”
“Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..! ” pekiknya.
Andre merasakan batang kontolnya seperti
disedot liang mem*k Bi Eha. Terasa sekali
kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan
pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt
keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau
kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri
mengimbangi tusukan kontol Andre.
“Auugghh Deenn..uueennaakk! ” jerit Bi Eha
seperti kesetanan.
“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ..
auughgg.. aakkhh..”
Andre mempercepat gerakannya karena mulai
merasakan air maninya akan muncrat.
“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau
keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya
tersengal-sengal.
Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus
menggenjot liang mem*k Bi Eha dengan tusukan
bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan
menghadapi goyangan pinggul wanita
berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat
ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-
erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya
berkali-kali.
“Crot.. croott.. crott!”
“Aaakkhh..” Bi Eha juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan
erat Andre.
“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini
bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa
akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-
sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka
meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak
senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh
dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.
“Gimana Den. Enak khan?”
“Iya Bi, enak sekali,” jawab Andre seraya
memeluk Bi Eha.
Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha
yang menggelantung persis di depan mukanya.
“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.
Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang
kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus
perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan
kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Den?”
Andre hanya bisa mengangguk dan kembali
merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika
mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu
tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika
terdengar kokok ayam bersahutan. Andre
meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai.
Habis sudah tenaganya karena bercinta
semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri
karena malam itu ia sudah merasakan
pengalaman yang luar biasa.


Adult | GO HOME | Exit
1/2312
U-ON

inc Powered by Xtgem.com